Puisi dalam kalimat
….. I told it so, I don’t now if poem have a rule, so when I write a poem, I write it in a sentence ( whole sentence, sometimes) ….
I don’t now if people will look at my written is a poem or not, but I know for sure that I write it from the heart and it make me feel turn of the spirit of my life. And I enjoy it .… it’s a plesure ; so, I hope people (if they read it ΓΌ ) willl enjoy this sentence like I enjoy it .

Rabu, 29 Juli 2009

Pemulung Tua

Pemulung Tua

Terseok
Melangkah menyusuri jalan
Menarik gerobak
Mengais
benda-benda di jalan
Menengok
Setiap bak sampah di tiap jalan
Tertunduk
Setiap melewati orang di perjalanan
Merunduk
Mencoba mencari serpihan benda berharga di jalan
Terduduk
Ketika peluh mengalir melalui jalanan


14 Febuari 2004,
Terinspirasi dari bapak pemulung sampah pada waktu Ramadhan

Tuhan, terdiam aku menatap dalam ketiadaan

Dan ketika nurani manusia kian tercabik dalam ketidakperdulian. Diamlah dunia in menatap dengan mata kebisuan . lihatlah dengan hatimu maka akan kau temukan topeng-topeng kemunafikan yang terbalut dalam kehampaan . Dunia yang hanya sementara menjadi sebuah surga yang tak terbantahkan. Lupakah mereka akan dunia yang akan ditemui setelah kematian itu datang menjemput dalam keheningan . Tuhan ... terdiam aku
menatap dalam ketiadaan ...

Selasa, 28 Juli 2009

Waktu itu, aku berfikir

Waktu itu, aku berfikir

Lebih takut pada siapakah
Pada kematian, atau
Pada kehidupan setelah kematian itu
Lebih takut pada siapakah
Pikiran buruk orang lain tentang kita, atau
Pada tulisan Malaikat Rakib – Atid
Lebih takut pada siapakah
Pada sidang skripsi, penentu kelulusan, atau
Ketika sidang pertanggungjawaban di akhirat, penentu surga –neraka
Lebih takut pada siapakah
Pada kejahatan orang lain yang nampak, atau
Kepada kebusukan hati yang tersembunyi
Lebih takut pada siapakah
Kesendirian di dunia yang sementara, atau
Kesendirian di alam barzah yang kekal
Lebih takut pada siapakah
Diabaikan dan tak di gubris oleh orang lain, atau
Di lupakan oleh Tuhan
Lebih takut pada siapakah
Kehilangan keluarga, sahabat, kekasih, atau
Kehilangan Tuhan di hati kita
Lebih takut pada siapakah
Kita
Kami
Aku, dan
Engkau

19 Febuari 2004
Dalam perjalanan dari Kepatihan menuju Gerlong

bintang dan cahaya pagi ku

Terselip dua nama dalam hati,
yang satu adalah bintang ku,... dan yang satu lagi adalah cahaya pagi ku ...

Bayangan

Engkau adalah
sisa – sisa dari hangatnya sinar mentari
yang menyelinap masuk
Lewat relung-relung kehidupan
yang tak nampak

(2004)

Angin Senja

Aku mencium wangi bunga melati
di ujung sana
Dibawa,
oleh angin sore
yang melaju bagaikan roda
Hingga aku temukan ; sebuah asa

(2004)

Angin Malam

Angin malam
mulai membisikkan syair – syairnya
kepada kita
Orkestra yang tercipta
dalam keheningan abadi

(Once open a time, 2004)

Sabtu, 25 Juli 2009

Mulai dari diri sendiri

Mulai dari diri sendiri

Kita ingin dihormati orang lain
Tapi kadang kita lupa untuk menghormati
Kita ingin dihargai orang lain
Tapi kadang kita lupa untuk menghargai
Kita ingin dicintai oleh orang lain
Tapi kadang kita lupa untuk mencintai
Kita ingin diperlakukan adil oleh orang lain
Tapi kadang kita lupa untuk berlaku adil
Kita ingin di doakan oleh orang lain
Tapi kadang kita lupa untuk mendoakan
Kita ingin di sapa oleh orang lain
Tapi kadang kita lupa untuk menyapa
Kita tidak ingin di sakiti oleh orang lain
Tapi kadang kita lupa untuk tidak menyakiti
Kita tidak ingin dibenci oleh orang lain
Tapi kadang kita lupa untuk tidak membenci
Kita tidak ingin janji kita dilanggar oleh orang lain
Tapi kadang kita lupa untuk tidak melanggar janji
Kita ingin …
Orang lain pun ingin …
Kita mulai …
Mungkin, orang lain pun akan mulai !!!

Febuari 2004, langit Gerlong

Jumat, 24 Juli 2009

Dalam Kepenatan Hati

Dalam kepenatan hati

Penat hati ini
Melihat kalbu yang tergores
Tersudut dan tersingkir dalam diam
Asa-asa yang tak terungkap
Simpul yang tak berujung
Bagai tak terlihat
Ingin rasanya menghilang
Dalam kabut tebal

Juni 2005, gerlong

Syukur

Syukur

Ketika malam mulai menghampiri
Dan Azan magrib telah berkumandang
Sempatkanlah untuk menyelipkan
Kata-kata syukur,
Di sela-sela do’a setelah sholatmu
Akan nikmat Allah
Pada hari ini
Alhamdulillah

Bogor,April 2005

Catatan simfoni hati

Catatan simfoni hati

Biarkan. Biarkanlah ini menjadi sebuah catatan simfoni hati, hati yang bernyanyi. Hati yang berduka, dan hati yang tertawa. Untuk mengenangmu, dan mereka yang telah menyimpan catatan-catatan singkat dalam hatiku, sehingga menjadi sebuah catatan …simfoni hati

17 juni 2006, Bogor

Pasir-pasir yang bernada

Pasir-pasir yang bernada

Kaki-kaki kecil berlarian
Mengejar deru-deru mobil angkutan
Tangan yang satu bergelantungan
Tangan yang lain memegang botol mineral bekas
Berisi pasir-pasir yang bernada
Satu pasang mata mengikuti
Beberapa pasang mata yang lain sibuk berceloteh
Satu pasang mata memandang ke jendela
Kemudian hilang tak berbekas
Pasir-pasir telah selesai memainkan nadanya
Tangan-tangan kecil mengulurkan tangannya
Tangan-tangan besar tak juga beranjak
Diam tak bergerak dan mematung
Tangan-tangan kecil tak kenal menyerah
Tetap, mengulurkan tangannya dengan kaku
Dengan pandangan mata tak bernada
Masih terdengar sayup-sayup
Pasir-pasir yang bernada itu bersuara
Namun, dengan pandangan mata tak bernada
Waktu diam, seakan terhentak
Namun, pasir-pasir yang bernada tersebut menyadarkannya
Dan waktu pun terus bergulir
Kaki-kaki kecil berloncatan
Dengan deru angkutan yang masih berjalan
Dan gemerincing suara koin
di plastik bekas bungkus permen
Cring … cring …cring …
Pasir-pasir pun ikut bernyanyi
dipandu tangan-tangan kecil
Srek … srek … srek …
Tapi, pandangan mata itu
Tetap saja tak bernada
Hanya memandang … Kosong

26 September 2005, Langit Bogor

Puisi-puisi Untuk : senja, Bambu dan hijau

Episode yang tertunda

Pemandangan itu :
Ketika senja hari dan matahari pun seakan enggan untuk pergi, berjalan lambat meninggalkan waktu. Dibawah pohon bambu yang hijau, disamping lapangan yang biasa dipakai untuk upacara bendera itu, aku berdiri disamping pohon bambu hijau yang bersuara merdu dan mengalunkan musik alam.

Untuk pertamakalinya, ia menyapaku dengan sayup-sayup semilir angin yang menghantarkan iramanya.

Pemandangan itu ; Tetap saja melekat di pikiran sampai sekarang dan hatipun mulai berandai-andai. Kadang berfikir, diantara semua yang telah terjadi. Ucapan itu, sikap-sikap itu;

Menciptakan sebuah episode yang tertunda dalam hati

(2004, Suatu waktu 11 tahun lalu)



Angin, pohon bambu dan senja

Senja,
Masih kusimpan rasa itu
Lekat di dalam hati
Walaupun ingatan kini sudah memudar
Tapi masih kurasa angin semilir itu
Dan pohon-pohon bambu berwarna hijau
Masih lekang dalam ingatanku
Senyuman itu
Dan warna hijau yang kupakai dalam ingatan
Ingin ku ucapkan salam rinduku
Pada ia yang telah hilang
Ketika aku tak tersadar
Demikianlah waktu terus berlalu
Namun Bambu-bambu hijau
Masih menyisakan musiknya yang mengalun
Ketika senja itu
Ku hanya bisa berharap pada udara yang bergerak
Yang juga mengantarkan kita pada pertemuan
Untuk menyampaikan salam ku untuk nya
Ku titipkan rinduku padamu :
Angin, pohon bambu dan
Senja

Awal 2008


Masihkah senyuman itu untukku

Ku mencinta senja
Ketika ingat dirimu
Dengan warna merah saga
Dan angin yang bertiup malu

Ketika ku lihat senja
Terlihat senyuman itu
Hanya untukku

Hari ini senja tak berwarna merah
Hanya kelabu yang datang
Untuk menjemput matahari

Masih tetap ku lihat
Senyuman itu

Hanya untukkah kali ini … ?


Januari 2008



Senja kali ini ketika kutatap

Senja kali ini ketika kutatap
Masih kulihat senyuman itu
Ketika itu… untukku
Lekat dalam ingatan

Masih tersimpan tanya di hati
Dan rindu di dada

Untuknya
Pohon bambu hijau,
Angin
Dan Senja


10.09.2008



Masihkah, episode ini adalah episode yang tertunda


Jemari tak bertuan
Hendak menulis kembali
Menapaki jejak-jejak yang pernah tertunda dahulu

Dalam tulisan
Ia senantiasa hadir
Disini, menemani

Walau hanya udara yang kubisiki
Bahwa hati ini senantiasa menunggu

Pada senja,
Pohon bambu,
Dan warna hijau dalam ingatan

Benarkah rasa ini masih mendiami sudut hati
Atau hanya sebuah episode ... yang tak memiliki akhir

Sebuah episode tertunda, pernah tertulis
Oleh jemari ini di atas kertas

Namun, akankah terus tertunda

Atau, rasa ini ...
Hanya khayal dalam hati,
ntuk menutupi
Serpihan-serpihan luka yang telah mendiami jiwa

8.05.2009



Musik yang mulai memainkan nada

Mulailah musik memainkan nada
Pada malam ini

Entah khayal...
Atau jawaban rasa tanya tentangnya
Bertahun-tahun dahulu lamanya...

Jemari ini semakin terasa ikut memainkan nada
Nada yang mengalun dalam pikiran ku kali ini

Pada sore hari,
Pada bambu
Dan pada senja

Masih ada tanya itu
Untuk mu :

9.05.2009



Firasat hati

Tak sanggup ,Tuhan
Jika kurasa, satu goresan lagi
Mengiris hati ini

Masih lekang dalam ingatan
Bayang-bayang yang tak jua meninggalkanku

Kini, ia hadir
Dengan rasa yang tak ku tau pasti

Sering langkah ini, terkadang khilaf tuk melangkah

Namun, mengapa kini,
Seperti, seseorang tak tak asing
Ada yakin dalam hati

Hanya sebuah ilusi
Ataukah firasat hati ?

10.05.2009



Untuk tanya :

Hujan malam ini, hanya sekedar mampir sekejap dengan suaranya.
Kemudian hilang
Tanpa sempat ku titipkan kata-kata yang kutulis
Untuk di bawanya
Untuk dia
Yang kini tak hadir di sisi

Untuk tanya
Yang sudah berdiam sejak lama

Namun hujan membawanya pergi
Kali ini

Untuk :
Senja
Bambu
Hijau

Kamis, 23 Juli 2009

Ilusi

Ilusi

Kulalui malam
Mendengar suara-suara
Menggerakkan pompa jantungku lebih cepat
Kulirik, kanan
Kulirik, kiri
Sembari berlafal doa dalam hati
Mengingat semua doa yang pernah kuhapalkan
Mencoba menormalkan kembali detak-detak jantung
Yang tidak mau berkompromi
Krek … krek ..
Kudongak ke atas
Ilusi


4 Febuari 2004, Saung Pelangi

Seandainya

Seandainya

Andai,
Terbitnya matahari
Yang menghilangkan gulitanya
Malam hari
Dapat pula menyingkirkan
Luka
Yang pernah tertanam di hati


4 Febuari 2004, Langit Gerlong

Allah , Cintaku

Allah, Cintaku

Allah Cintaku
Engkaulah yang Maha Tahu
Apa-apa yang aku mau
Ataupun yang tidak kumau
Apa-apa yang yang baik untukku
Ataupun yang tidak baik untukku
Dan segala tingkah laku
Yang mengiringi hidupku
Maha tahu apa yang tersembunyi dalam hati
Tiada ragu akan kuasa-Mu
Yang meliputi seluruh jagat raya dan seluruh kekuatan
Yang berada di dalamnya
Sujudku pada - Mu
Aku berlindung
Kepada – Mu
Allah Cintaku

Puisi untuk : bintang (yang pernah hadir)

Bincangku pada malam

Akan kulukis namamu kali ini
Pada malam kali ini
Dan kubisikkan pada angin
Untuk disampaikannya
Tentang rasa
Yang mulai mendiami hati
Tentang debar
Yang seakan menyesakkan jiwa
Dalam doaku Tuhan
Semoga ini pelabuhan terakhir



Lukisan senja …
( Akankah ?)

Akan kulukis
Senja yang lain
Untuknya
Yang hadir tak terduga
Ingin kurasakan juga
Indahnya senja kembali
Tak ingin semu
Dalam rasa kali ini

12.07.2008



Kudendangkan rindu

Kudendangkan rindu
Pada malam ini
Kukirim lewat angin,
Yang senantiasa menemaniku ;
Untuknya
Diseberang sana

12.07.2008




Saat ini

Diam aku
Melepas udara
Yang kuraih saat ini

Hampa aku
Mencari udara
Yang kulepas saat ini

Rindu aku
Mencium udara
Yang kucinta saat ini


Home ….. 5.08.2008



Hilangkah hatiku ini

Dalam tiap bayang yang kutinggalkan
Hadir ia di sini di sisiku
Dalam kelopak mataku
Dan ingatan di pikiranku
Juga dalam hatiku

Ketika kucari kembali
Hatiku tak ada lagi kini

Kucari
dalam lorong-lorong yang tersembunyi
Namun tak kutemukan kembali
Hatiku yang hilang kini

Akhirnya kusadari
Hati ini
Telah kau bawa pergi

Dan … tinggallah kini aku sendiri
Mulai meresapi kembali debar ini
Yang semakin terasa tak terperi

Tuhan
Apakah ada artinya ini ?

Home…5.08.2008



Cinta

Tidakkah kau sadari
Cinta

Aku yang mulai terdiam
Cinta

Ada yang sakah
Cinta

Dan ku tak tau harus bicara apa
Cinta

Aku tak bisu
Cinta

Hanya ku hilang kata
Cinta

Itukah kamu
Cinta

Yang membuatku menangis
Cinta

Semoga kau tersadari
Cinta

Aku memang
Cinta

Padamu
Cinta

Home…5.08.2008




Sempurna



Aku tak sempurna
Engkaupun tak sempurna
Tak bisakah kita menjadi sempurna
Ketika bersama
Dan kubilang itu sempurna
Manakala kita menghadapi semua
Dengan bersama

o7.08.2008




Aku menanti



Aku menanti
disini
Bintangku
Kerlipmu
Yang akan
Menghangatkanku

07.08.2008



Menunggu

Waktu berlalu
Dan terus berlalu
Tahukah engkau
Aku yang menunggu
Tak juga jemu
Disini untukmu
Berharap bukan bayang semu
Menanti rindu
Dalam ruang hatiku
Yang kini terasa kelabu
Engkaukah itu
Bintangku
Yang kutunggu dalam doaku

08.08.2008




Kembali

( dalam … memungut bayangan)

Aku kembali menapaki
Jalan ini …
Yang pernah kutinggalkjan
Dalam bayangan …


08.08.2008



Yang tak kusuka…tapi, Cinta

Ku tak bilang tak sayang …cinta
Tapi ku tak bilang sayang pula …cinta

Entah bagaimana…cinta
Harus kuhadapi …cinta

Kurasa, ku memang cinta … cinta
Tapi, tak kusuka … cinta

Hati tak tenang … cinta
Dan ku taksuka …cinta

Harus bagaimana …cinta
Agar kau mengerti … cinta


04.09.2008



Senja yang mana lagi ?
Untuk mu … bintang !


Kurasa
Lelah rasanya
Mencoba untuk melukis mu
Walaupun dengan senja

Memang tak sama
Senja mu dan senja nya
Bintang !

Tak tahu kali ini
Akan kuberi warna apa
Pada senja mu … bintang !

Walau debar ini telah ada … bintang !
Tapi belum kurasa senja itu indah … bintang !

Tak dengarkah engkau … bintang !
Hati ini berdetak untuk mu kali ini … bintang !

Namun,
Kurasa
Lelah rasanya
Mencoba untuk melukis mu
Walaupun dengan senja
Yang kusuka …dulu …


17.09.2008



Yang Tlah Hilang dulu

Pada awan
Dan langit biru
Yang kulihat cerah kali ini

Ingin kusampaikan rasa
Untuk nya

Namun,
Luka di hati
Masih tak mampu untuk berbicara

Karena ia masih ada
Kurasa di pinggiran jiwa
Menorehkan hitam di dada

Walau waktu telah membawa pergi
Namun cerita itu masih terdiam dalam ingatan

Dan masih kurasa torehan-torehan itu
Tak tersaput akan waktu

Masih tak terasa damai

Walau ia
Dan senyumannya
Hadir di sini
Di dalam hati

17.09.2008



Mentari, dengan senyuman


Mentari pagi kutersenyum padamu
Doaku di pagi hari
Semoga langkahku hari ini
Akan membawa kebaikan
Sedihku pada hari kemarin
Dapat tersaput awan
Yang datang dengan senyuman


18.08.2008




Hilang kataku : untukmu

Sempat kuhilang kata
Untuknya
Sebagian jiwaku, turut menghilang
Untuknya

09.10.2008



Selamat tinggal…. Bintang

SePerti terbawa angin
Senyuman itu telah hilang
Namun, tetap menghilangkan jejak di hati

Kesalahan lain telah dibuat
dan aku pun terdiam kembali
Mencoba mencari serpihan – serpihan
Dari Keping-keping hati
Yang terserak kini

Masihkah
Aku dalam hati
Ia ….. kini ….

Dalam tetes airmataku kali ini
Mencoba berucap :
Selamat tinggal bintang
Dan lukisan senjaku yang tak pernah kurampungkan

Selamat tinggal bintang
Masih kubisikkan harumnya udara untukmu
Dan kucoba kirim dalam doa
Yang kurangkai dan kutitip pada langit biru
Ketika kupandang nya biru

Selamat tinggal bintang
Harapanku masih ada dalam doa
Dan harap langit melukiskannnya untukmu
Menyampaikannya untukmu
Di ujung dunia sana

13.09.2008