Episode yang tertunda
Pemandangan itu :
Ketika senja hari dan matahari pun seakan enggan untuk pergi, berjalan lambat meninggalkan waktu. Dibawah pohon bambu yang hijau, disamping lapangan yang biasa dipakai untuk upacara bendera itu, aku berdiri disamping pohon bambu hijau yang bersuara merdu dan mengalunkan musik alam.
Untuk pertamakalinya, ia menyapaku dengan sayup-sayup semilir angin yang menghantarkan iramanya.
Pemandangan itu ; Tetap saja melekat di pikiran sampai sekarang dan hatipun mulai berandai-andai. Kadang berfikir, diantara semua yang telah terjadi. Ucapan itu, sikap-sikap itu;
Menciptakan sebuah episode yang tertunda dalam hati
(2004, Suatu waktu 11 tahun lalu)
Angin, pohon bambu dan senja
Senja,
Masih kusimpan rasa itu
Lekat di dalam hati
Walaupun ingatan kini sudah memudar
Tapi masih kurasa angin semilir itu
Dan pohon-pohon bambu berwarna hijau
Masih lekang dalam ingatanku
Senyuman itu
Dan warna hijau yang kupakai dalam ingatan
Ingin ku ucapkan salam rinduku
Pada ia yang telah hilang
Ketika aku tak tersadar
Demikianlah waktu terus berlalu
Namun Bambu-bambu hijau
Masih menyisakan musiknya yang mengalun
Ketika senja itu
Ku hanya bisa berharap pada udara yang bergerak
Yang juga mengantarkan kita pada pertemuan
Untuk menyampaikan salam ku untuk nya
Ku titipkan rinduku padamu :
Angin, pohon bambu dan
Senja
Awal 2008
Masihkah senyuman itu untukku
Ku mencinta senja
Ketika ingat dirimu
Dengan warna merah saga
Dan angin yang bertiup malu
Ketika ku lihat senja
Terlihat senyuman itu
Hanya untukku
Hari ini senja tak berwarna merah
Hanya kelabu yang datang
Untuk menjemput matahari
Masih tetap ku lihat
Senyuman itu
Hanya untukkah kali ini … ?
Januari 2008
Senja kali ini ketika kutatap
Senja kali ini ketika kutatap
Masih kulihat senyuman itu
Ketika itu… untukku
Lekat dalam ingatan
Masih tersimpan tanya di hati
Dan rindu di dada
Untuknya
Pohon bambu hijau,
Angin
Dan Senja
10.09.2008
Masihkah, episode ini adalah episode yang tertunda
Jemari tak bertuan
Hendak menulis kembali
Menapaki jejak-jejak yang pernah tertunda dahulu
Dalam tulisan
Ia senantiasa hadir
Disini, menemani
Walau hanya udara yang kubisiki
Bahwa hati ini senantiasa menunggu
Pada senja,
Pohon bambu,
Dan warna hijau dalam ingatan
Benarkah rasa ini masih mendiami sudut hati
Atau hanya sebuah episode ... yang tak memiliki akhir
Sebuah episode tertunda, pernah tertulis
Oleh jemari ini di atas kertas
Namun, akankah terus tertunda
Atau, rasa ini ...
Hanya khayal dalam hati,
ntuk menutupi
Serpihan-serpihan luka yang telah mendiami jiwa
8.05.2009
Musik yang mulai memainkan nada
Mulailah musik memainkan nada
Pada malam ini
Entah khayal...
Atau jawaban rasa tanya tentangnya
Bertahun-tahun dahulu lamanya...
Jemari ini semakin terasa ikut memainkan nada
Nada yang mengalun dalam pikiran ku kali ini
Pada sore hari,
Pada bambu
Dan pada senja
Masih ada tanya itu
Untuk mu :
9.05.2009
Firasat hati
Tak sanggup ,Tuhan
Jika kurasa, satu goresan lagi
Mengiris hati ini
Masih lekang dalam ingatan
Bayang-bayang yang tak jua meninggalkanku
Kini, ia hadir
Dengan rasa yang tak ku tau pasti
Sering langkah ini, terkadang khilaf tuk melangkah
Namun, mengapa kini,
Seperti, seseorang tak tak asing
Ada yakin dalam hati
Hanya sebuah ilusi
Ataukah firasat hati ?
10.05.2009
Untuk tanya :
Hujan malam ini, hanya sekedar mampir sekejap dengan suaranya.
Kemudian hilang
Tanpa sempat ku titipkan kata-kata yang kutulis
Untuk di bawanya
Untuk dia
Yang kini tak hadir di sisi
Untuk tanya
Yang sudah berdiam sejak lama
Namun hujan membawanya pergi
Kali ini
Untuk :
Senja
Bambu
Hijau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar